PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PANCASILA
“PERANAN
INDONESIA DALAM KONFERENSI
ASIA-AFRIKA
BANDUNG”
Disusun oleh :
Nama :
Maria Lousiana
Kelas :
2EA32
NPM :
15213282
FAKULTAS
EKONOMI S1 MANAJEMEN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa,
Karena atas berkah, rahmat dan hidayah yang dilimpahkan-Nya, kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul : “PERANAN INDONESIA DALAM
KONFERENSI ASIA-AFRIKA BANDUNG”
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat
dalam melaksanakan tugas Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Manajemen Jenjang
S1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Dengan segala keterbatasan, kami sepenuh nya menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam
pembahasan maupun tata bahasanya atau cara penulisannya. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati kiranya koreksi dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak khususnya para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah ini. Makalah ini ditulis dan diselesaikan penulis atas
bantuan dan dukungan berbagai pihak.Untuk itu penulis mengucapkan Terimakasih
kepada :
1.
Bpk.Sri Waluyo selaku dosen dalam
matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Gunadarma.
2.
Ibunda dan ayahhanda tercinta yang telah
mendukung kami dalam berbagai hal, baik materi, do’a serta fikirannya.
Akhir kata kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis pada khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Bekasi, 15 Mei 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Di era tahun 50-an, Negara-negara
di dunia terpolarisasi kedalam dua kutub. Ketika itu terjadi pertarungan yang
kuat antra Timur dan Barat terutama sekali pada era perang dingin (cold war)
antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
Pertarungan ini adalah merupakan
upaya untuk memperluas sphere of interest
dan sphere of influence. Dengan sasaran utama perebutan penguasaan atas
wilayah-wilayah potensial di dunia dengan berkedok pada ideologi panutan
masing-masing.
Sebagian Negara masuk dalam Blok
Amerika dan sebagian lagi masuk dalam Blok Uni Sovyet. Aliansi dan pertarungan
didalamnya memberikan akibat fisik yang negatif bagi beberapa negara di dunia
seperti misalnya Jerman yang sempat terbagi menjadi dua bagian, Vietnam dimasa
lalu, serta Semenanjung Korea yang sampai saat sekarang ini masih terbelah
menjadi Korea Utara dan Korea Selatan.
Dalam pertarungan ini Negara dunia
ketiga menjadi wilayah persaingan yang amat mempesona buat keduanya. Sebut saja
misalnya Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti Indonesia,
Malaysia, Thailand, Jepang serta Negara-negara di kawasan lain yang kaya akan
energi dunia seperti Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar.
Dalam kondisi yang seperti ini,
lahir dorongan yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga untuk dapat keluar
dari tekanan dua Negara tersebut. Soekarno, Ghandi dan beberapa pemimpin dari
Asia serta Afrika merasakan polarisasi yang terjadi pada masa tersebut adalah
tidak jauh berbeda dengan kolonialisme dalam bentuk yang lain.
Akhirnya pada tahun 1955 bertempat
di Bandung, Indonesia, 29 Kepala Negara Asia dan Afrika bertemu membahas
masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas secara serius
tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini disebutkan
pula sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering disebut sebagai Konferensi
Bandung. Konferensi inilah yang menjadi tonggak lahirnya Gerakan Non Blok.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
lahirnya Konferensi Asia-Afrika ?
2. Bagaimanakah hasil
Konferensi Asia-Afrika ?
3. Bagaimanakah peran
Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika?
C. Tujuan Penulisan
Makalah
1. Ingin mengetahui
lahirnya Konferensi Asia-Afrika ?
2. Ingin mengetahui
pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika ?
3. Ingin mengetahui
peran Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika?
D. Manfaat Penulisan
Makalah
Dalam penulisan makalah
ini diharapkan manfaat yang diperoleh adalah:
1. Bagi penulis, bisa
menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususunya pengetahuan tentang materi
Konferensi Asia-Afrika.
2. Bagi pembaca,
memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang materi Konferensi Asia-Afrika.
3. Bagi guru, menembah
wawasan pengetahuan dalam pengajaran IPS terutama tentang materi Konferensi
Asia-Afrika.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Tentang Materi
Dalam penulisan makalah ini akan
dibahas tentang bagaimana lahirnya Konferensi Asia-Afrika, bagaimana hasil
Konferensi Asia-Afrika, dan peran serta Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika.
Pada dasarnya dalam mengupas materi ini banyak kajadian pada sejarah yang
penting menjadi acuan atau pedoman untuk membangun Negara kita untuk lebih baik
lagi. Para petinggi di jaman itu benar-benar memperjuangkan kepentingan
negaranya bersama dari masalah-masalah
yang ada.
Dengan diadakannya Konferensi
Asia-Afrika dibandung menghasilkan berbagai tujuan yang baik demi kepentingan
bersama diberbagai bidang, serta menghasilkan Dasasila Bandung. Selanjutnya
untuk lebih jelasnya penulis akan mengupas tentang materi adanya Konferensi
Asia-Afrika.
B. Isi Materi
1. Lahirnya Konferensi
Asia-Afrika
Konferensi Asia Afrika merupakan
gagasan oleh lima Negara yaitu Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Sri Lanka.
Persiapan pertama dilakukan di Kolombo pada tanggal 28 April – 2 Mei 1954.
Persiapan kedua dilakukan di Bogor pada tanggal 29 Desember 1954. Melalui
persiapan ini maka kemudian Konferensi Asia Afrika dilaksanakan. Akhirnya pada
tanggal 18 April 1955, dimulailah Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan
di kota Bandung. Konferensi ini berlangsung hingga tanggal 25 April 1955 dan
diikuti oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika.
Berikut ini beberapa latar belakang
dan dasar pertimbangan terselenggaranya KAA:
a.
Perubahan politik pada tahun 1950-an
yaitu berakhirnya Perang Korea (1953). Akibat Perang Korea, semenanjung terbagi
menjadi dua negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Peristiwa ini semakin
menambah ketegangan dunia;
b.
PBB sudah ada forum konsultasi dan
dialog antarnegara yang baru merdeka, tetapi di luar PBB belum ada forum yang
menjembatani dialog antarnegara tersebut;
c.
Persamaan nasib bangsa-bangsa di Asia
dan Afrika, terutama pernah mengalami penjajahan;
d.
Persamaan masalah sebagai negara yang
masih terbelakang dan berkembang;
e.
Ingin menggalang kekuatan negara-negara
Asia Afrika agar mendukung perjuangan merebut Irian Barat;
f.
Memiliki kedekatan yang kuat karena
dihubungkan oleh faktor keturunan, agama, dan latar belakang sejarah; dan
g.
Berdasarkan letak geografisnya, letak
negara-negara Asia dan Afrika saling berdekatan.
Tujuan utama konferensi ini adalah
membentuk kubu kekuatan negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi dua kubu
adidaya, Barat dan Timur. Di akhir konferensi, ditandatangani Deklarasi Bandung
yang isinya kesepakatan untuk mengadakan kerjasama ekonomi dan budaya di antara
negara-negara dunia ketiga serta mengakui adanya hak untuk menentukan nasib
bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Selain itu, konferensi ini juga mengeluarkan
resolusi menentang penjajahan, di antaranya penjajahan Perancis atas Guinea
Baru. Konferensi Asia Afrika juga menjadi pendahuluan dari terbentuknya
Organisasi Gerakan Non-Blok.
Dalam Pertemuan tersebut, 29 kepala Negara Asia dan Afrika bertemu
membahas masalah dan kepentingan bersama, termasuk didalamnya mengupas secara
serius tentang kolonialisme dan pengaruh kekuatan “barat”. Pertemuan ini disebutkan pula
sebagai Konferensi Asia Afrika atau sering pula disebut sebagai Konferensi
Bandung.
Konferensi tersebut dihadiri negara
termasuk 5 negara pengundang. Ke-24 negara yang diundang adalah 18 negara Asia
dan 6 negara Afrika. Negara-negara Asia yang hadir yaitu Filipina, Thailand,
Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Laos, Turki, Jepang, Yordania, Kamboja, Nepal,
Lebanon, RRC, Afghanistan, Iran, Irak, Syria, Saudi Arabia, dan Yaman. Sedang 6
negara Afrika yang hadir adalah Mesir, Sudan, Ethiopia, Libya, Liberia, dan
Ghana. Rhodesia (Afrika Tengah) pada awalnya diundang, namun karena sedang ada
kemelut politik dalam negeri maka tidak bisa hadir.
Dari negara-negara yang
diundang tersebut muncul tiga golongan berikut
a.
Golongan prokomunis, yaitu RRC dan
Vietnam Utara.
b.
Golongan pro-Barat, yaitu Filipina,
Thailand, Pakistan, Irak, dan Turki.
c.
Golongan netral, yaitu India, Birma, Sri
Lanka, dan Indonesia.
2. Hasil Konferensi
Asia-Afrika
Dari Konferensi ini dihasilkan 10
prinsip yang disepakati bersama yang sering juga disebutkan sebagai Dasa Sila
Bandung, yaitu :
a.
Menghormati hak-hak dasar manusia dan
tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB;
b.
Menghormati kedaulatan dan integrits
territorial semua bangsa;
c.
Mengakui persamaan ras dan persamaan
semua bangsa baik besar maupun kecil;
d.
Tidak melakukan intervensi atau campur
tangan dalam soal-soal dalam negeri orang lain;
e.
Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk
mempertahankan diri sendiri secara sendiri atau kolektif sesuai dengan piagam
PBB;
f.
Tidak menggunakan peraturan-peraturan
pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus salah satu Negara besar serta tidak melaukan tekanan
terhadap Negara lain;
g.
Tidak melakukan tindakan-tindakan atau
ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau
kemerdekaan politik suatu Negara;
h.
Menyelesaikan segala perselisihan
internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase
atau penyelesaian hukum, atau cara damai lain berdasarkan pilihan pihak-pihak
yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB;
i.
Memajukan kepentingan bersama dan kerja
sama;
j.
Menghormati hukum dan
kewajiban-kewajiban internasional.
Di dalam komunike akhir konferensi
itu, digarisbawahi kebutuhan untuk membangun kerjasama yang saling
menguntungkan antar negara-negara Asia-Afrika dalam hal pembangunan ekonomi
untuk melepaskan diri dari ketergantungan melalui industrialisasi. Kerjasama
ini dilaksanakan dengan membangun komitmen penyediaan asistensi teknis dalam
proyek-proyek pembangunan, selain pertukaran teknologi, pengetahuan, dan
pembangunan pelatihan regional dan lembaga-lembaga penelitian.
3. Peran Serta
Indonesia Dalam Konferensi Asia-Afrika
Terlaksananya KAA tidak bisa lepas
dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu pelopor dan pemrakarsa KAA,
Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan KAA. Hal ini
membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo yang berhasil menyelenggarakan
suatu kegiatan yang bersifat internasional.
Dalam pelaksanaan KAA Indonesia
berperan penting, karena selain menjadi tempat berlangsungnya Konferensi
tersebut Indonesia juga salah satu negara yang ingin bangsanya hidup setara,
maju di berbagai bidang dan tidak ingin
tertindas oleh Negara barat, yang paling penting adalah mengutamakan kerjasama.
a. 50 Tahun Konferensi Asia Afrika
Seperti telah disebutkan sebelumnya
, Konferensi Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan “Konferensi Bandung”
diselenggarakan pada tanggal 18-24 April 1955. Konferensi ini digagas bersama
oleh Indonesia, Burma, Srilangka, India, dan Pakistan. Hadir dalam konferensi
itu 29 pemimpin Negara, 23 di antaranya dari kawasan Asia dan 6 dari kawasan
Afrika.
Pemimpin-pemimpin besar dunia,
seperti Soekarno dari Indonesia, Chou Enlai dari Republik Rakyat Tiongkok,
Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Mohamad Ali dari Pakistan, U Nu
dari Burma, Gamal Abdul Nasser dari Mesir, tercatat sebagai hadirin yang
mengikuti konferensi tersebut. Konferensi dilaksanakan dalam situasi ketika
dunia terbelah ke dalam dua blok kekuatan adidaya dunia yang saling berseteru
dalam perang dingin, yakni “Blok Barat” yang dipimpin Amerika Serikat dan “Blok
Timur” yang dipimpin oleh Uni Soviet. Blok-blok kekuatan adalah buah dari tidak
terselesaikannya kontradiksi dalam panggung politik dunia antara kekuatan
imperialis Barat dengan kekuatan negara-negara Sosialis yang pada saat berlangsungnya
perang imperialis, bersekutu menumbangkan blok kekuatan fasisme yang terdiri
dari Jerman, Italia, dan Jepang.
Kini setelah 50 tahun Konferensi Asia Afrika I
berlangsung, Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Afrika Selatan
telah melaksanakan Konferensi II Bangsa-Bangsa Asia dan Afrika. Konferensi ini
dilaksanakan bertepatan dengan momentum 50 tahun Konferensi Asia-Afrika Bandung
pada 18-24 April 2005.
Negara-negara yang diundang pada peringantan 50 tahun
Konferensi Asia Afrika, berjumlah 25 negara yaitu : Afgnistan, Kamboja,
Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tingkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai
Emas (Gold coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya,
Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand, Turki, Vietnam Utara,
Vietnam Selatan dan Yaman.
Peringatan serupa sebenarnya bukan hanya milik Pemerintah
RI atau Pemerintah Afrika Selatan. Momentum Konferensi Asia-Afrika sesungguhnya
adalah momentum seluruh Rakyat dari seluruh dunia, terutama dari Negara-negara
yang saat ini berada secara langsung maupun tidak langsung dalam dominasi
imperialisme, khususnya imperialisme Amerika Serikat (AS). Karenanya berbagai
kalangan masyarakat sipil, baik organisasi massa maupun organisasi sosial
non-pemerintah, juga turut menyibukan diri untuk melaksanakan peringatan emas
50 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA).
Pertemuan puncak dari Konferensi tersebut dilaksanakan
pada tanggal 22-23 April 2005 di ibukota Jakarta, tepatnya di Gedung Jakarta
Convention Centre (JCC). Pertemuan itu berupa Konferensi Tingkat Tinggi yang
dihadiri oleh pemimpin-pemimpin negara yang turut serta dalam Konferensi
Asia-Afrika II. Melalui KTT tersebut, dicetuskan “Deklarasi Kemitraan Strategis
Baru Asia-Afrika (New Asian-African Strategic Partnership/NAASP)”.
Deklarasi ini memfokuskan kerjasama Asia-Afrika secara
konkret dan komplementer demi tercapainya perdamaian, stabilitas, dan
kemakmuran di kedua benua. Gagasan NAASP pertama kali dicetuskan pada pertemuan
Asian-African Sub Regional Organization Conference (AASROC) I di Bandung 29-30
Juli 2003. Berdasarkan NAASP, kemitraan Asia-Afrika akan didasarkan pada tiga
pilar kemitraan yaitu antarpemerintah, antarorganisasi sub-regional dan antar
kelompok masyarakat yang terdiri atas (pelaku bisnis, akademisi dan masyarakat
madani).
Kemitraan strategis yang baru ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia-Afrika
yang mengarah pada upaya-upaya meningkatkan sejumlah mekanisme yang sudah ada,
seperti NEPAD (New Partnership for African Development), TICAD (Tokyo
International Conference on African Development), China-Africa Cooperation
Conference Forum, India NEPAD Fund, dan lain-lain. Selain di Jakarta,
Konferensi juga berlangsung di Bogor dan mengahsilkan 4 tujuan pokok Konferensi
Asia Afrika, yaitu :
1.
Untuk memajukan goodwill (kehendak yang
luhur) dan kerjasama antar bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk memajukan
kepentingan-kepentingan bersama, serta
untuk menciptakan dan meningkatkan persahabatan;
2.
Untuk meningkatkan kerjasama dibidang
sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
3.
Untuk mempertimbangkan hal-hal yang
merupakan kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya hal-hal
yang berkaitan dengan kedaulatan nasional dan masalah-masalah rasialisme dan
kolonialisme; dan
4.
Untuk memajukan kedudukan rakyat Asia
dan Afrika didalam dunia dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan
guna memajukan perdamaian serta kerjasama di dunia.
b. Arti Penting KAA
KAA berpengaruh sangat besar dalam
upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di seluruh dunia
secara damai, khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA untuk tidak berpihak
pada blok Barat maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
Dengan demikian ketegangan dunia
dapat diredam. Bagi Indonesia, KAA memberikan dua keuntungan. Pertama
pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan mengenai masalah RRC
dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki dwikewarganegaraan
diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara RRC. Kedua,
RI mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat.
Berikut ini makna dan
arti penting terselenggaranya KAA:
1.
Merupakan pendorong kemerdekaan
bangsa-bangsa Asia – Afrika untuk lepas dari cengkeraman imperialisme dan
kolonialisme Barat;
2.
Menjadi pendorong lahirnya Gerakan
Nonblok;
3.
Merupakan pencetus semangat solidaritas
dan kebangkitan negara Asia Afrika dalam menggalang persatuan;
4.
Memberikan harapan baru bagi
bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka;
5.
Mulai diikutinya politik luar negeri
bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka;
6.
Kembali bangkit dan sadarnya
bangsa-bangsa Asia dan Afrika akan potensi yang dimiliki;
7.
Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung
oleh negara-negara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan
ketegangan dunia; dan
8.
Mulai dihapuskannya praktik-praktik
politik diskriminasi ras oleh negara-negara maju.
c. Manfaat Materi
Dalam penulisan makalah ini dengan
materi yang bertemakan peran Indonesia dalam KAA, pada umumnya manfaat yang
bisa dipetik adalah sebuah Negara yang ada di dunia ini harus mengutamakan
kerjasama dengan perundingan-perundingan yang menghasilkan keputusan bersama,
demi terselenggaranya Negara yang aman, damai tentram tidak ada konflik
internasional, saling menghormati kedaulatan teritorial, saling tidak melakukan
agresi, saling tidak mencampuri urusan dalam negeri, setara dan saling
menguntungkan, serta, dan berdampingan dengan damai.
D. Makna bagi Siswa
Tentang Materi
Seperti yang sebelumnya sudah
ditulis di awal, bahwa makna bagi siswa pada umumnya dalam mempelajari ilmu
pengetahuan sangatlah berguna dikelak nanti, apalagi dalam mempelajari tentang
sejarah lahirnya KAA. Dengan mempelajari tentang materi terjadinya KAA, siswa
akan mengetahui betapa sangat pentingnya hal tersebut, karena bayangkan saja
kalau tidak terjadinya KAA pada waktu itu mungkin Negara kita akan selalu
terpuruk, ketinggalan jaman dan yang pasti selalu tertindas oleh Negara lain
atau Negara barat.
Dalam hal ini siswa sebagai
generasi penerus bangsa harus memahami betul tentang arti dari sejarah dan
terjadinya KAA, karena pada intinya suatu Negara tidak akan berdiri dan maju
sendiri. Di sini harus diperlukan adanya kerjasama disegala bidang untuk
kemajuan bersama, agar tidak adanya konflik internasional, bisa berjalan dengan
aman, damai, dan tenram. Begitu juga dengan individu masing-masing, manusia
sebagai makhluk sosial saling ketergantunggan satu sama lain, saling
membutuhkan, dan saling bekerjasama.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mengakaji legenda sangkuriang
penulis akhirnya menarik kesimpulan tentang apa yang ada dalam materi tersebut.
Adapun kesimpulannya sebagai berikut :
1.
Konferensi Asia Afrika merupakan gagasan
oleh lima Negara yaitu Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Sri Lanka. pada
tanggal 18 April 1955, dimulailah Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan
di kota Bandung. Konferensi ini berlangsung hingga tanggal 25 April 1955 dan
diikuti oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika. Tujuan utama konferensi ini
adalah membentuk kubu kekuatan negara-negara dunia ketiga untuk menghadapi dua
kubu adidaya, Barat dan Timur. Di akhir konferensi, ditandatangani Deklarasi
Bandung yang isinya kesepakatan untuk mengadakan kerjasama ekonomi dan budaya
di antara negara-negara dunia ketiga serta mengakui adanya hak untuk menentukan
nasib bangsa-bangsa Asia dan Afrika
2.
Hasil dari pelaksanaan KAA di Bandung
atau Dasasila Bandung yaitu:
- Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB;
- Menghormati kedaulatan dan integrits territorial semua bangsa;
- Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil;
- Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri orang lain;
- Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendiri atau kolektif sesuai dengan piagam PBB;
- Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu Negara besar serta tidak melaukan tekanan terhadap Negara lain;
- Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu Negara;
- Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, atau cara damai lain berdasarkan pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB;
- Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama; dan
- Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
3.
KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya
menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di seluruh dunia secara
damai, khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA untuk tidak berpihak pada
blok Barat maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok. Dengan
demikian ketegangan dunia dapat diredam. Bagi Indonesia, KAA memberikan dua
keuntungan. Pertama pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan mengenai
masalah RRC dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki dwikewarganegaraan
diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara RRC. Kedua,
RI mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis
hanya bisa menyarankan kepada pembaca, dapat membangun kehidupan bersama, dan bekerja sama satu sama
lain. Karena kita adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan antara
sesama . Tidak lupa untuk terus menggali ilmu pengetahuan di berbagai mata pelajaran,
khususunya dalam mata pelajaran IPS dan bisa mengkaji lebih dalam lagi materi
lahirnya KAA.
Daftar
Pustaka
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Perkembangan_Lembaga-Lembaga_Internasional_dan_Peran_Indonesia_dalam_Kerjasama_Internasional_9.2_%28BAB_14%29#B._Konferensi_Asia_Afrika_.28KAA.29_dan_Peran_Indonesia.